Wednesday, September 16, 2009

Merdekakah?

Katakan padaku, apakah ini merupakan negara merdeka?
Apakah ini merupakan negara demokrasi?
Kau bilang ya, kita merdeka…
Kau bilang ya, kita negara demokrasi…

Namun mengapa aku tak pernah merasa merdeka akan diriku sendiri.
Aku tak pernah merasa pendapatku didengar dan diterima.
Aku tak pernah merasa dilihat oleh kalian-kalian semua yang seolah berada di atasku.
Berdiri di atas pundakku dan kaumku, tanpa melihat apakah kami merasakan sakit dan lelah.

Kami, aku dan kaumku.
Selalu merasakan penderitaan akibat terinjak-injak oleh tindakan semena-mena dari kalian.
Kami selalu merasa pedih dan perih atas luka-luka yang kalian torehkan satu-persatu.
Namun di saat kami berusaha mengatakan kepedihan kami atas tindakan kalian.
Kalian selalu merasa bahwa apa yang kami katakan hanyalah sebuah sampah.
Bahkan kalian mempermasalahkan hal itu seolah kami akan mempergunjingkan kalian.
Padahal itu semua adalah kenyataan yang kami umbarkan satu-persatu.
Padahal itu semua adalah suara hati kami yang terdalam.
Kami begini karena kami harus hidup seperti ini.
Kami tak punya pilihan selain menahan kepedihan dari perlakuan-perlakuan berperikebinatangan.

Pilihan kami mematikan kami sendiri.
Menyerah atau mati.
Itu yang ada di tangan kami.
Di saat kalian menganggap kami berbicara terlalu banyak.
Kalian membuat ancaman-ancaman yang beresiko tinggi.
Termasuk mempermainkan kehidupan kami di masa mendatang.
Kami hanya mengatakan perasaan kami yang sebenarnya.
Kami hanya mengatakan kejujuran ke depan mata kalian semua.
Namun yang ada hanyalah kebencian pada kami.
Menganggap kami sampah dan tak layak untuk berkata seperti itu.
Kami hanya ingin menunjukkan kebenaran pada dunia.
Bukan untuk menunjukkan keburukkan yang ada di dalam kandungan kalian.
Kami tahu, segelintir orang di antara kalian masih punya hati dan perasaan.
Namun banyak dari kalian berlaku tak adil.
Dan kami, kaum yang penuh kejujuran harus menanggung akibatnya.
Kami, kaum yang tak merdeka, harus merasakan sengsara.
Kami, kaum yang tak bisa berpendapat bebas, akhirnya menelan amarah kami sendiri.
Sampai akhirnya membusuk di hati kami di saat kami semua dikandung oleh tanah.

No comments:

Post a Comment